Aku adalah manusia biasa yang tak pernah luput dari khilaf dan dosa. seperti ibaratnya sebuah pepatah “Tak ada gading yang tak retak ”, begitulah gambaran diriku yang selalu identik dengan kekurangan dan kelemahan. Dalam menapaki perjalanan hidupku, tentulah diriku pernah melakukan kesalahan baik itu kesalahan yang disengaja, tidak disengaja, terendah maupun tertinggi. Olehnya itu aku selalu berusaha mereduksi kesalahan-kesalahanku dan berusaha menebusnya dengan kebaikan dan kebenaran.
Kesalahan terendah, menurutku adalah melalaikan waktu selama hidup di dunia. Kita sering terbuai dan terlena oleh indahnya dunia yang tanpa sadar menggiring kita melupakan sesuatu yang sangat esensial dalam hidup kita kehidupan pun hanya terbatas pada pergantian detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan kemudian tahunpun berganti tahun, tanpa ada aktifitas yang berarti . Episentrum masalah yang harus terjawab olehku adalah apakah diriku memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya atau malah sebaliknya. Sejatinya, tidak ada manusia yang bisa membeli waktu meski dengan membayar sepenuh kekayaan bumi. Sekali terlewati, selamanya sang waktu tidak akan kembali. Ini yang mesti kutanam kuat di ladang hati dan akal pikiranku. Kesadaran yang demikian akan memungkinkan manusia untuk berhati-hati dalam memanfaatkan waktu selama hidupnya. Seandainya waktu bisa diputar kembali, maka setiap orang bebas memilih kembali ke masa lalunya, dimana yang tua jadi muda, yang muda jadi anak-anak, anak-anak jadi bayi, dan bayi kembali ke alam kehidupan lainnya. Tetapi itu semua tidak mungkin terjadi karena waktu itu tidak dapat menempati dan mengulangi waktu sebelumnya, jika masa sekarang dan masa lalu bersatu maka sang duniapun tidak akan sanggup memikulnya.
Waktu adalah anugrah yang sangat berharga, jauh tak ternilai dibandingkan materi sebesar apa pun. Demikian pentingnya waktu yang tak lain adalah nasib dan kehidupan kita sendiri. Bila kita menyia-nyiakan waktu, sama seperti kita mematikan masa depan dan membunuh diri kita secara perlahan. Oleh sebab itu manfaatkanlah waktu hanya untuk tujuan-tujuan yang positif.
Kesalahan tertinggi, menurutku hadir ketika diriku tidak mampu menyadari beragam nikmat yang Allah telah berikan kepadaku. Nikmat kehidupan, nikmat kesehatan, nikmat pendengaran, nikmat penglihatan, nikmat dua tangan dan dua kaki, air, udara, makanan dan masih banyak nikmat-nikmat yang tidak mampu disebutkan dan nikmat terbesar adalah hidayah Islam. Seseorang pernah berkata: “ apakah anda rela kedua mata, telingga, kaki, tangan, dan hati anda dibeli milyaran dollar?” betapapun kayanya kita tetapi mengapa masih banyaknya orang yang enggan mensyukuri apa yang dimilikinya.
Begitu banyak nikmat yang Allah limpahkan kepada kita namun banyak pula yang tidak mensyukurinya. Ada sekelompok orang yang telah diberi kenikmatan berupa harta, anak, dan nikmat lainnya, namun semua itu justru menjadi sebab kedukaan dan kesengsaraan. Hal itu terjadi karena mereka menyimpang dari fitrah yang suci dan yang benar. Ini membuktikan bahwa materi bukanlah sarana satu-satunya yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan. Banyak orang-orang yang terkenal didunia ini, mereka mendapatkan segalanya, kekayaaan, kecerdasan, dan menjadi publik figur, tapi masih saja selalu protes atas apa yang telah didapatkan. Sebaliknya, ada orang yang hanya memiliki pengetahuan yang terbatas, namun secara luar biasa mampu menjadikan sungai yang mengalirkan manfaat, kemashlahatan dan perbaikan.
Semua nikmat atau musibah yang telah ditetapkan Allah bakal mengenai kita. Jika keyakinan ini tertanam dalam diri dan tertancap dalam nurani kita, tentu cobaan berat akan menjadi anugerah, ujian akan menjadi karunia, dan setiap peristiwa mempunyai ganjaran sesuai dengan berat ringannya cobaan yang diterimanya. Orang-orang yang tertimpa musibah dapat merasa tenang jika mereka rela dan sabar menerima taqdir yang Maha Memberi, Maha Mengambil, Maha Menahan rezeki, Maha Pemurah dan Maha Segalanya.
Sikap yang perlu kita tanamkan dalam diri adalah menerima bagian yang diperoleh dalam hidup ini dengan selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya. Manusia terbaik adalah manusia yang mampu merangkak, melayang, atau bahkan terbang melesat dari jurang terdalam kesalahannya, dan selanjutnya berusaha menebus kesalahan itu dengan kebaikan dan menjadikan hati nurani sebagai panglima dari pasukan tutur dan tingkah lakunya.
Semoga Allah SWT senantiasa menjadikanku sebagai insan yang selalu sadar akan kesalahan-kesalahanku dan kemudian menuntun langkahku untuk selalu menapaki jalan penuh hidayah dan kebenaran. Amin…!.